Minggu, 27 Mei 2012

Cincin Keberuntungan



Alkisah, ada seorang ayah yang memiliki tiga orang putra, yang sama baiknya. Ia memiliki sebuah cincin yang dianggapnya bertuah, karena sejak digunakan selalu membawa keberuntungan dan kesuksesan bagi dirinya. Si ayah yang telah lanjut usia merasa sudah saatnya mewariskan cincin bertuah miliknya. Tapi bagaimana memberikan satu cincin untuk 3 anak? Alangkah tidak adilnya, apabila hanya 1 anak yang mewarisi cincin keberuntungan tersebut, sedangkan 2 anak yang lain tidak. Setelah berpikir cukup lama, ia pun pergi ke seorang pengrajin emas untuk dibuatkan dua cincin yang sama persis dengan cincin keberuntungannya. Setelah siap, si ayah memanggil ketiga putranya dan berkata, "Anak-anakku, ayah mewariskan kepada kalian cincin keberuntungan ini! Siapa saja yang memakainya, maka dia akan beruntung. Pakailah semua ilmu yang telah ayah ajarkan dan kenakan selalu cincin itu. Ayah yakin, masing-masing dari kalian akan selalu beruntung dan sukses seperti ayah."Ada perasaan tidak puas di antara ketiga putranya itu, karena mereka tahu bahwa hanya ada satu cincin yang asli. Tetapi mereka tidak tahu, siapa sesungguhnya, yang mendapatkan cincin asli. Setelah sang ayah meninggal, dengan penasaran, mereka menghadap seorang hakim yang terkenal bijaksana untuk mencari tahu mana cincin yang asli, sekaligus meminta jalan keluar.Setelah mengamati ketiga cincin, hakim bijaksana itu berkata, "Sejujurnya saya tidak dapat menolong dan memberitahu kalian, yang mana cincin bertuah yang asli. Saya sebagai hakim menetapkan: pakailah cincin kalian masing-masing. Mulai sekarang, bekerjalah dengan baik, dengan keras, seperti yang ayah kalian ajarkan! Buktikan bahwa kalian adalah orang yang pantas diberikan cincin keberuntungan oleh ayahmu. Karena, dengan memberikan cincin yang sama, ayah kalian mengharapkan kalian bertiga sama-sama beruntung dan meraih kesuksesan."Ketiganya pun mengucapkan terima kasih dan pergi dari sana, sambil bertekad untuk membuktikan bahwa cincin yang dipakainya itu asli dan bertuah.Setelah beberapa tahun berlalu, sukses demi sukses mereka raih bersama. Dan akhirnya mereka pun sadar, dan mengerti, bahwa bukan cincin bertuah yang membuat mereka sukses, melainkan usaha pantang menyerah dari mereka sendirilah yang mampu membawa keberuntungan dan kesuksesan.Netter yang LuarBiasa,Bukan sesuatu di luar diri kita, yang membuat kita sukses atau beruntung. Bukan cincin ajaib, pakaian khusus, jimat, atau apapun yang kita kenakan, yang menjadi penentu keberhasilan kita. Tetapi pola pikir, sikap mental, berikhtiar keras, serta doa yang pada akhirnya akan membawa keberuntungan dan kesuksesan.Tuhan dan alam semesta telah memberikan kehidupan yang lengkap di dalam diri kita. Kita yang harus membuktikan bahwa anugerahNya itu mampu membuat kita beruntung, berhasil, dan bermanfaat bagi banyak orang.

Salam sukses luar biasa! 

»»  Japar Demak [Lanjut...]

Rabu, 23 Mei 2012

Sejarah Keraton Demak, Situs Kerajaan Yang Hilang



Oleh : Hasan Hamid

 SEJARAH mencatat pada abad XV hinggga XVI terdapat kerajaan besar yang berpusat di Demak dengan rajanya, Sultan Fatah. Situs yang tertinggal, seperti Masjid Agung Demak menjadi buktinya. Tetapi, muncul pertanyaan dimanakah sebenarnya letak Keraton Demak itu?
Pertanyaan itu menjadi wacana yang selalu diperbincangkan dan belum ada yang menemukan jawabannya. Padahal, berbagai penelitian telah dilakukan. Bukan hanya oleh akademisi, peneliti, arkeolog, tetapi juga mereka yang memiliki minat dan keingintahuan menapak jejak kerajaan Demak.
Hasilnya, banyak pihak yang memiliki pandangan berbeda tentang posisi yang pasti letak keraton itu. Persoalan tersebut menjadi bahan kajian menarik dalam seminar bertema ’’Mengungkap Silsilah dan Situs Kerajaan Demak’’ yang diadakan LSM Gelora di aula Gedung DPRD Demak, kemarin.
Tampil sebagai pembicara Prof Dr Wasino M Hum (guru besar sejarah Unnes) Prof Dr H A Sutarmadi (UIN Syarif Hidayatullah), Drs H Masrun M Nor MH, Triyanto Triwikromo (Redaktur Suara Merdeka) dan R Sumito Joyo Kusumo. Prof Wasino mengungkapkan, runtuhnya kerajaan Demak terjadi beberapa waktu setelah wafatnya Sultan Trenggono. Saat itu, terjadi konflik keluarga.
Situsnya Hilang
Mengenai letak Keraton Demak, dia mengatakan, situs yang tinggal reruntuhan itu dihancurkan oleh pemerintahan Belanda pada masa Gubernur Jenderal Daendels. Posisi keraton dipakai untuk jalan dari arah Semarang hingga ke Demak. ’’Posisi situs kerajaan itu berada di sebelah alun-alun Demak yang sekarang menjadi jalan raya. Situs tersebut telah hancur sejalan dengan perkembangan jalan daendels yang telah merobohkan bekas keraton.’’
Bekas istana semakin hilang pada akhir abad ke XIX, bertepatan dengan pembuatan jalur kereta api Semarang-Juwana melalui Demak. Pembuatan jalur kereta api tepat melalui pusat kerajaan (keraton) Demak. ’’Jadi situs bangunan kerajaan Demak ini kemungkinan sudah hilang,’’ katanya.
Masrum M Noor mengatakan, telah banyak rekomendasi yang disampaikan para penulis sejarah Demak tentang letak keraton Kesultanan Demak. Di antaranya, hasil penelitian IAIN Walisongo tahun 1975 yang merekomendasikan ada tiga kemungkinan letak istananya. Yakni, di sekitar stasiun kereta api sebagai rumah Sultan Fatah. Sedangkan, keratonnya beradai di Lembaga Pemasyarakatan atau lokasinya berhadapan dengan Masjid Agung Demak.
Hasil penelitian Fakultas Sastra Undip tahun 1994-1995 menyebutkan, lokasi paling relevan itu di sebelah selatan alun-alun menghadap ke utara yang oleh masyarakat disebutkan setinggil.
Hasil penelitian tim pencari pusat dan tata letak pemerintahan kerajanaan Islam menyebutkan hasil tes geolistrik atau pemetaan wilayah melalui udara, posisi kerajaan berada di lahan yang kini dipergunakan untuk kantor Kejaksaan Negeri. Di situ juga pernah ditemukan keramik-keramik keraton. R Sumito Joyo Kusumo mengatakan, tepat keraton berada di tanah yang dipakai untuk SMPN 2 Demak.
Persoalan sejarah Demak yang masih simpang siur, menurut Triyanto Triwikromo agaknya akan menyulitkan dalam mencari bekar keraton. Karenanya perlu dilakukan penelitian arkelogis, historis, geologis dan geografis guna mengungkap misteri tersebut. ’’Termasuk juga perlu penelitian kultural, politis dan ekonomis untuk menyatakan lokasi keraton,’’ terangnya.  (*)
»»  Japar Demak [Lanjut...]

KH Abdullah Mudzakir Pencetak Kader Kiai dari Tambaksari, Sayung, Demak



Oleh  : Hasan Hamid

TERIK matahari yang menyengat kulit tak menyurutkan niat sejumlah orang menuju makam KH Abdullah Mudzakir di perairan Sayung, Demak. Mereka terus menyusuri jalan setapak sepanjang 700 meter yang kanan-kirinya laut. Begitu sampai di kompleks makam, mereka melepaskan alas kaki dan duduk bersila di depan nisan berkeramik hijau. Wajah para peziarah itu masih terlihat kemerahan.

Di makam berukuran 7 x 7 meter itu mereka merasa sejuk. Selain terlindung cungkup, angin laut yang bertiup terasa menyegarkan. Sebelum memulai tahlil, juru kunci makam Kiai Fauzan (54) menabur bunga mawar ke pusara. Bau wangi bunga kian menambah suasana sakral. Dia duduk di sisi barat makam untuk memimpin tahlil. Para peziarah mengikutinya dengan khidmat.

Nama KH Abdullah Mudzakir, atau biasa disebut Mbah Mudzakir, di kalangan pesantren cukup dikenal.

Tak heran bila banyak santri yang datang untuk berziarah. Mereka tidak hanya dari Demak, tetapi juga luar daerah seperti Kudus, Wonosobo, Bogor, Bandung, bahkan Kalimantan. Meski makam kiai kharismatik itu berada di tengah laut, konon tidak pernah tergenang oleh air pasang. Di sekitarnya memang terlihat banyak makam yang telah tergenang air. Hanya makam Mbah Mudzakir bersama istri dan anak-anaknya yang tidak terjamah air laut.

Sampai saat ini makam tersebut tidak pernah sepi dari peziarah. Biasanya mereka datang pada Jumat atau saat haul Mbah Muzakir di Bulan Zulkaidah.

Lokasi makam dapat ditempuh dengan jalur darat dan laut. Jika melewati darat, terdapat jalan penghubung berupa titian kayu sepanjang 200 meter dari Dusun Tambaksari, Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Demak. Bila rob tiba, jalan itu tak lagi dapat dilalui karena tergenang air. Jalan setapak di Dusun Tambaksari juga tak bisa dilewati saat air pasang tinggi. Untuk tetap bisa ke lokasi, peziarah harus naik perahu.

Fauzan yang masih memiliki garis keturunan dengan Mbah Mudzakir menuturkan, pada mulanya kompleks pemakaman menyatu dengan daratan Dusun Tambaksari. Namun sejak 1998 Tambaksari terkikis oleh abrasi pantai.

Ketika air laut pasang seluruh perkampungan pun tergenang. Semula air pasang hanya menggenangi jalan, tetapi lama-kelamaan mencapai 60 cm. Kondisi itu membuat 80 keluarga di dusun itu memilih pindah. Sekitar tahun 1999, mereka bedhol desa ke Desa Purwosari.

Namun lima keluarga yang mempunyai hubungan saudara dengan Mbah Mudzakir memilih untuk bertahan, termasuk Fauzan. Mereka tetap bertahan karena merasa berkewajiban menjaga makam leluhurnya itu.


Kader Kiai

Siapa sesungguhnya Mbah Muzakir, hingga mendapat penghormatan banyak santri dan masyarakat? Menurut Fauzan, Mbah Muzakir adalah ulama yang semasa hidupnya melakukan syiar Islam di kawasan Pantai Sayung.

Semasa muda, pria yang lahir di Dusun Jago Desa Wringinjajar, Kecamatan Mranggen tahun 1869 itu banyak berguru kepada ulama dari berbagai daerah.

Setelah merasa cukup, sekitar tahun 1900 ia menetap di Tambaksari, Bedono serta menikahi Latifah dan Asmanah. Beberapa waktu kemudian dia menikah lagi dengan Murni dan Imronah. Dari empat istrinya Mbah Muzakir dikaruniai 18 anak.

Di tempat itu, ia mulai melakukan syiar Islam. Sebuah masjid pun didirikan. Cara penyampaian materi keagamaan yang mudah dicerna membuat banyak santri mengaji kepadanya. Mereka kebanyakan takmir musala serta masjid di Demak dan daerah sekitarnya. Karena itulah, ia sering disebut sebagai pencetak kader kiai. Bahkan semua keturunannya menjadi pemangku masjid dan musala.

Kiai yang sehari-hari menjadi petani tambak itu juga menguasai ilmu kanuragan. Ia kerap dimintai orang untuk menyembuhkan pelbagai penyakit. Kendati demikian, ia tak mengharapkan imbalan dari pertolongannya itu. Tak dimungkiri, keahlian dan keikhalasannya membuat nama Mbah Mudzakir kian dikenal orang. Dan itu amat mendukung upayanya dalam melakukan syiar Islam. Pada 1950 Mbah Muzakir meninggal dunia dalam usia 81 tahun.

Menurut Camat Sayung, Drs Eddie Jatmiko MM, makam Mbah Muzakir punya potensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata ziarah.


Diposkan dari Suara Merdeka
»»  Japar Demak [Lanjut...]

Mbah Lim di Kebumikan di Makam Kompleks Ponpes Al Muttaqien Pancasila Sakti, Klaten

Ingat Allah, Rasulullah dan Waliyullah



KLATEN- KH Muslim Rifa’i Imampuro atau yang akrab disapa Mbah Liem, wafat di Rumah Sakit Islam (RSI) Klaten, Kamis (24/5/2012) pagi.
Kiai yang dikenal dekat dengan Gus Dur tersebut meninggal dunia dalam usia 105 tahun.
Menantu Mbah Liem, Jazuli A Kasmani ketika dikonfirmasi melalui pesan singkat (SMS) membenarkan bahwa mbah Liem meninggal di RSI Klaten sekitar pukul 04.00 WIB.
Rencananya siang ini jenazah Mbah Liem akan dimakamkan di kompleks pondok pesantren (Ponpes) Al Mutaqqin Pancasila Sakti di Troso, Sumberrejo, Karanganom, Klaten berdampingan dengan makam istrinya. Saat ini jenazah kiai yang disemayamkan di kompleks pondok.


Ulama besar, KH Moeslim Rifa'i Imampuro atau yang akrab disapa Mbah Liem akan dimakamkan di Makam Hastono Giri Mulyo, Dukuh Sumberejo Wangi, Desa Troso, Kecamatan Karanganom, Klaten, Kamis (24/5) pukul 20.00 WIB.
Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Al Muttaqien Pancasila Sakti Klaten itu meninggal dunia di RS Islam Klaten, Kamis (24/5) pukul 05.00 WIB. Kiai sepuh itu meninggalkan sembilan putra dan 15 cucu di usia 91 tahun.
Menurut putra ketiganya, KH ACH Saifudin Zuhri Moeslim, Mbah Liem meninggal dalam kondisi sehat. Dia dirawat inap di RSI Klaten sejak Senin (21/5) untuk keperluan cek up kesehatan dan agar bisa beristirahat supaya tak kecapaian.
"Hasil cek up jantung, kolesterol dan lainnya dinyatakan oleh dokter normal. Rencananya, hari ini diperbolehkan pulang, ternyata Allah berkehendak lain. Beliau meninggal sekitar pukul 05.00 WIB," kata Zuhri di rumah duka.
Mbah Liem dikenal dekat dengan sejumlah tokoh nasional. Mantan presiden KH Abdurrahman Wahid pun penah berkunjung ke rumahnya, begitu juga keluarga Cendana, Wakil Gubernur Jateng Rustriningsih, tokoh nasional Surya Paloh, sampai seniman kawakan Iwal Fals dan masih banyak lagi.

update Suara Merdeka dan Solopos
»»  Japar Demak [Lanjut...]

Mbah Liem, Pengayom Umat



Mbah Lim: SBY Harus Batalkan PLTN
- Kiai Sahal Diminta ke Balong



JEPARA-Pengasuh Ponpes Al Muttaqin Klaten, KH Muslim Rifai Imam Puro (Mbah Lim) meminta Presiden SBY untuk segera membatalkan rencana pembangunan PLTN Muria di Semenanjung Muria.

Permintaan itu dituangkan dalam secarik kertas yang ditulis di depan makam Syekh Siti Jenar di Desa Balong Kecamatan Kembang, Jepara, dan disaksikan warga desa setempat, Selasa (11/9).

''Presiden SBY terpilih 2004, dengan hormat, PLTN yang akan dibangun di Jepara seratus persen harap dibatalkan demi kemanusiaan yang manusiawi. (Kalau PLTN dibatalkan), tak dongakke 2009 bisa terpilih sebagai presiden.''

Demikian bunyi surat yang ditulis Mbah Lim. Saat menuliskan surat, dia didampingi Ketua PCNU KH Nuruddin Amin dan Ketua Koalisi Rakyat Tolak PLTN (Kraton), Setyawan Sumedi.

Warga Desa Balong berbondong-bondong menuju lokasi yang dipercaya sebagai makam Syekh Siti Jenar, begitu mendengar Mbah Lim akan menemui mereka di tempat itu. Mereka berjalan kaki dua kilometer untuk sampai di lokasi yang ada di Dukuh Gecak itu.

Di tengah-tengah warga, pendiri Universitas Muslimin Republik Indonesia (UMRI) Klaten itu juga meminta warga tetap tenang dan membaca wirid asmaul husna 1.000 kali agar rencana proyek senilai Rp 78 triliun itu tak dilanjutkan. ''PLTN harus batal total. Mohon selamat dan diridlai Gusti Allah,'' ujarnya.

''Nek ana sing ngeyel, embuh pejabat, embuh wong cilik, iku tanggungjawabe Allah. Aku emoh ndongakke elek. Ojo koyo lumpur Lapindo Jawa Timur. Presiden SBY cs perlu menyadari, kemanusiaan perlu digalakkan,'' lanjutnya disambung bacaan Surat Alfatihah. Yang juga menarik, masih di tengah-tengah warga yang membawa poster tolak PLTN itu, Mbah Lim juga menyebut-nyebut nama Rais Aam PBNU KH MA Sahal Mahfudh.

Pengasuh Ponpes Maslakul Huda Desa Kajen Kecamatan Margoyoso, Pati itu diminta datang ke Balong. ''Gus Sahal, aku nang Balong. Nek selo, nusulo rene. Perlu berkahi. Apa artinya Rais Aam, kalau tidak untuk menangani masalah umat,'' kata Mbah Lim.

Sebelum menutup pembicaraan, Mbah Lim disuguhi minuman kelapa muda (degan), namun tak diminum. ''Luwih penting PLTN dibatalke tinimbang ngombe iki (degan),'' katanya. (H15-41). Suara Merdeka, 12 September 2007
»»  Japar Demak [Lanjut...]

Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un, Mbah Lim, Kiai Haji Muslim Rifa'i Imampuro MENINGGAL DUNIA

Ingat Allah, Rasulullah dan Waliyullah




Ulama Kharismatik asal Klaten, Kiai Haji Muslim Rifa'i Imampuro (Mbah Liem) telah dipanggil ke rahmatullah, Kamis 24, Mei 2012. Pengasuh Pondok Pesantren Al Muttaqieb Pancasila Sakti, Klaten, Jawa Tengah ini meninggal dunia dalam usianya yang ke 91 tahun.
Mbah Liem dikenal di kalangan nahdliyyin sebagai kiai khos yang menjadi panutan para kiai dan santri di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Selama hidupnya, Mbah Liem dikenal dekat dengan Abdurrahman Wahid (Gus Dur).


Kyai karismatik K.H. Muslim Rifa’i Imampuro yang akrab dipanggil Mbah Lim memiliki gaya eksentrik dalam berpakaian. Mbah Lim selalu mengenakan topi yang kadang kadang dipadu dengan sorban putih hingga tampak seperti petani di sawah. Pakaian takwa putih dan sarung hijau tampak sudah lusuh hingga amat berbeda dengan kiai-kiai lainnya Pada umumnya. Hanya, di balik kesederhanaan dan kebersahajaan kiai sepuh ini mencuat karismanya Ternyata karisma muncul dari sikap bersahaja.

Nama pesantrennya pun terbilang nyentrik. Pon-pes Al Muttaqien Pancasila Sakti yang terletak di kecamatan karang anom kabupaten klaten.Mbah Liem yang kini berusia 91 tahun lebih menjadi panutan dan tokoh spritual dari berbagai kalangan dari masyarakat awam, para ulama ,bahkan para pejabat dilingkungan pemerintahan. Lihat lah bagimana ketika Gus Dur yang waktu itu menjabat sebagai Presiden datang berkunjung Ke Pon-Pes Al Muttaqien Pancasila sakti milik Mbah liem, Beliu sendiri yang langsung menyambut kedatangan presiden ,layaknya tukang parkir Mbah Liem yang mengenakan topi memberi aba-baba kepada Supir Kepresidenan untuk memarkirkan mobilnya,

Usia yang lanjut tubuh yang ringkih tak menghalangi semangat mbah lim dalam membantu umat yang membutuhkannya. Hingga kinipun sosok kesedehanaan dan kesahajaannya mampu memancarkan karismatik tersendiri.
»»  Japar Demak [Lanjut...]

Mbah Liem, Kiai Muslim Rifa'i Imampuro Meninggal Dunia

Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Roji'un






Ulama Kharismatik asal Klaten, Kiai Haji Muslim Rifa'i Imampuro (Mbah Liem) telah dipanggil ke rahmatullah, Kamis 24, Mei 2012. Pengasuh Pondok Pesantren Al Muttaqieb Pancasila Sakti, Klaten, Jawa Tengah ini meninggal dunia dalam usianya yang ke 91 tahun.
Mbah Liem dikenal di kalangan nahdliyyin sebagai kiai khos yang menjadi panutan para kiai dan santri di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Selama hidupnya, Mbah Liem dikenal dekat dengan Abdurrahman Wahid (Gus Dur).


Kyai karismatik K.H. Muslim Rifa’i Imampuro yang akrab dipanggil Mbah Lim memiliki gaya eksentrik dalam berpakaian. Mbah Lim selalu mengenakan topi yang kadang kadang dipadu dengan sorban putih hingga tampak seperti petani di sawah. Pakaian takwa putih dan sarung hijau tampak sudah lusuh hingga amat berbeda dengan kiai-kiai lainnya Pada umumnya. Hanya, di balik kesederhanaan dan kebersahajaan kiai sepuh ini mencuat karismanya Ternyata karisma muncul dari sikap bersahaja.

Nama pesantrennya pun terbilang nyentrik. Pon-pes Al Muttaqien Pancasila Sakti yang terletak di kecamatan karang anom kabupaten klaten.Mbah Liem yang kini berusia 91 tahun lebih menjadi panutan dan tokoh spritual dari berbagai kalangan dari masyarakat awam, para ulama ,bahkan para pejabat dilingkungan pemerintahan. Lihat lah bagimana ketika Gus Dur yang waktu itu menjabat sebagai Presiden datang berkunjung Ke Pon-Pes Al Muttaqien Pancasila sakti milik Mbah liem, Beliu sendiri yang langsung menyambut kedatangan presiden ,layaknya tukang parkir Mbah Liem yang mengenakan topi memberi aba-baba kepada Supir Kepresidenan untuk memarkirkan mobilnya,

Usia yang lanjut tubuh yang ringkih tak menghalangi semangat mbah lim dalam membantu umat yang membutuhkannya. Hingga kinipun sosok kesedehanaan dan kesahajaannya mampu memancarkan karismatik tersendiri.


»»  Japar Demak [Lanjut...]

Sabtu, 19 Mei 2012

Tahlil dan Rotibul Atthos





Tahlil digelar rutin setiap malam Jumat di RSKW
»»  Japar Demak [Lanjut...]

Jumat, 18 Mei 2012

Makam Syekh Joko Lontang




Makam Syekh Joko Lontang, di dekat Rel KA Demak.
Joko Lontang  adalah salah satu ulama keturunan Kanjeng Sunan Kalijaga.
Joko Lontang memiliki nama asli Raden Bagus Leksono. Semasa muda dia dikenal sebagai pria yang suka menampa ilmu agama di sejumlah tokoh ulama, baik yang ada di Demak, Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Beliau juga beberapa tahun mencari ilmu di tanah Suci Mekkah.
Soko lontang merupapak sosok santri yang gigih tapi nyeleneh. Dia suka berjalan dari satu daerah ke daerah yang lain sambil mulutnya berdzikir. Selama dalam perjalanan, dia sering membantu masyarakat yang sedang menghadapi kesulitan. Dalam perjalanan itu pula, ia senantiasa menyebarkan agama Islam, dan memberi dorongan keimanan kepada umat.
»»  Japar Demak [Lanjut...]

Minggu, 13 Mei 2012

Rattib Al-Atthas




اَلْفَاتِحَةُ اِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ, اَعُوذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ (بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ.اَلْحَمْدُلِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ...) الخرسُوْرَةُ الْفَاتِحَة
اَعُوْذُبِا للهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَا نِ الرَّجِيْمِ (ثَلاَثًا)
 ( لَوْاَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَاَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وِتِلْكَ اْلاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ. هُوَاللهُ الَّذِيْ لاَاِلَهَ اِلاَّ هُوَعَالِمُ اْلغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَالرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ هُوَاللهُ الَّذِيْ لآ اِلَهَ اِلاَّ هُوَاْلمَلِكُ اْلقُدُّوْسُ السَّلاَمُ اْلمُؤْمِنُ اْلمُهَيْمِنُ اْلعَزِيْزُاْمجَبَارُ اْلمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللهِ عَمَّايُشْرِ كُوْنَ هُوَاللهُ اْمخَالِقُ اْلبَارِئُ اْلمُصَوِّرُلَهُ اْلاَسْمَاءُ اْمحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَافِى السَّمَوَاتِ وِاْلاَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيْزُاْمحَكِيْمِ ) اَعُوْذُبِاللهِ السَّمِيْحِ اْلعَلِيْمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ (ثلاثا) اَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّا مَّاتِ مِنْ شَرِّمَا خَلَقَ (ثلاثا) بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَيَضُرُّمَعَ اسْمِهِ    شَىْءٌ فِى اْلاَرْضِ وَلاَفِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ (ثلاثا) بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ.وَلاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّبِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ (عَشْرًا) بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ (ثَلاَثًا) بِسْمِ اللهِ تَحَصَّنَّا بِاللهِ.بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْنَا بِاللهِ (ثَلاَثًا) بِسْمِ اللهِ آمَنَّابِاللهِ. وَمَنْ يُؤْ مِنْ بِاللهِ لاَخَوْفٌ عَلَيْهِ (ثَلاَثًا) سُبْحَانَ اللهِ عَزَّاللهِ. سُبْحَانَ اللهِ جَلَّ اللهِ (ثَلاَثًا) سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ.سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ (ثَلاَثًا) سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُلِلَّهِ وَلآ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ (اَرْبَعًا) يَالَطِيْفًا بِخَلْقِهِ يَاعَلِيْمًا بِخَلْقِهِ يَاخَبِيْرًا بِخَلْقِهِ. اُلْطُفْ بِنَايَالَطِيْفُ,يَاعَلِيْمُ يَاخَبِيْرً (ثلاثا) يَا لَطِيْفًا لَمْ يَزَلْ. اُلْطُفْ بِنَافِيْمَانَزَلْ اِنَّكَ لَطِيْفٌ لَمْ تَزَلْ. اُلْطُفْ بِنَاوَ الْمُسْلِمِيْنَ (ثَلاَثًا) لآ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ (اَرْبَعِيْنَ مَرَّةً) مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ. حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ (سبعا) اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَّى مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ (عَشْرًا)  اَسْتَغْفِرَاللهَ (اا مَرَّةً). تَائِبُوْنَ اِلَى اللهِ (ثَلاَثًا) يَااَللهُ بِهَا.يَااَللهُ بِهَا يَااَللهُ بِحُسْنِ اْلخَاتِمَةِ (ثَلاَثً) غُفْرَا نَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ اْلمَصِيْرُ لاَيُكَلِفُ اللهُ نَفْسًا اِلاَّ وُسُعَهَا لَهَا مَا اكَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكَتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَا خِذْنَا اِنْ نَسِيْنَا اَوْاَخْطَأْ نَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَا قَةَلَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلاَ نَا فَانْصُرْنَا عَلَى اْلقَوْمِ اْلكَا فِرِيْنَ.

Kemudian membaca :

اَلْفَاتِحَةُ اِلَى رُوْحِ سَيِّدِنَاوَ حَبِيْبِنَاوَ شَفِيْعِنَ رَسُوْلِ اللهِ , مُحَمَّدِ بِنْ عَبْدِاللهِ , وَاَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَاَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ , اَنَّ اللهَ يُعْلىِ دَرَجَاتِهِمْ فِى اْلْجَنَّةِ وَ يَنْفَعُنَا بِاَسْرَارِ هِمْ وَاَنْوَارِهِمْ وَعُلُوْمِهِمْ فِى الدِّ يْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلآ خِرَةِ وَيَجْعَلُنَا مِنْ حِزْ بِهِمْ وَيَرْزُ قُنَا مَحَبَّتَهُمْ وَيَتَوَفَّانَا عَلَى مِلَّتِهِمْ وَيَحْشُرُنَافِى زُمْرَ تِهِمْ . فِى خَيْرٍ وَ لُطْفٍ وَعَافِيَةٍ , بِسِرِ الْفَا تِحَةْ اَلْفَاتِحَةُ اِلَى رُوْحِ سَيِّدِنَا الْمُهَا جِرْ اِلَى اللهِ اَحْمَدْ بِنْ عِيْسَى وَاِلَى رُوْحِ سَيِّدِنَااْلاُ سْتَاذِ اْلاَعْظَمِ اَلْفَقِيْهِ الْمُقَدَّمِ , مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيّ بَاعَلَوِيْ وَاُصُوْلِهِمْ وَفُرُوْعِهِمْ , وَذَوِىْ الْحُقُوْقِ عَلَيْهِمْ اَجْمَعِيْنَ اَنَّ اللهَ يَغْفُرُ لَهُمْ وَيَرْ حَمُهُمْ وَيُعْلِيْ دَرَجَاتِهِمْ فِى الْجَنَّةِ , وَيَنْفَعُنَا بِاَسْرَارِهِمْ وَاَنْوَارِهِمْ وَعُلُوْ مِهِمْ فِى الدِّ يْنِ وَالدُّنْيَاوَاْلاَخِرَةِ . اَلْفَا تِحَةُ اَلْفَاتِحَةُ اِلَى رُوْحِ سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَبَرَكَاتِنَا صَاحِبِ الرَّاتِبِ قُطْبِ اْلاَنْفَاسِ اَلْحَبِيْبِ عُمَرْ بِنْ عَبْدِالرَّحْمَنِ الْعَطَّاسْ , ثُمَّ اِلَى رُوْحِ الشَّيْخِ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ اللهِ بَارَاسْ , ثُمَّ اِلَى رُوْحِ اَلْحَبِيْب عَبْدُالرَّحْمَنِ بِنْ عَقِيْل اَلْعَطَّاسْ , ثُمَّ اِلَى رُوْحِ اَلْحَبِيْب حُسَيْن بِنْ عُمَرْ اَلْعَطَّاسْ وَاِخْوَانِهِ ثُمَّ اِلَى رُوْحِ عَقِيْل وَعَبْدِ اللهِ وَصَا لِحْ بِنْ عَبْدُالرَّحْمَنِ اَلْعَطَّاسْ ثُمَّ اِلَى رُوْحِ اَلْحَبِيْب عَلِيِّ بْنِ حَسَنْ اَلْعَطَّاسْ ثُمَّ اِلَى رُوْحِ اَلْحَبِيْب اَحْمَدْ بِنْ حَسَنْ اَلْعَطَّاسْ وَاُصُوْلِهِمْ وَفُرُوْعِهِمْ وَذَوِى الْحُقُوْقِ عَلَيْهِمْ اَجْمَعِيْنَ اَنَّاللهَ يَغْفِرُ لَهُمْ وَيَرْ حَمُهُمْ وَيُعْلِى دَرَجَا تِهِمْ فِى الْجَنَّةِ وَيَنْفَعُنَا بِاَسْرَارِهِمْ وَاَنْوَارِهِمْ وَعُلُوْ مِهِمْ وَنَفَحَا تِهِمْ فِى الدِّ يِنِ وَالدُّ نْيَاوَاْلآخِرَةِ )اَلْفَا تِحَةْ(
اَلْفَاتِحَةُ اِلَى اَرْوَحِ اْلاَوْالِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّا لِحِيْنَ . وَاْلاَ ئِمَّةِ الرَّاشِدِ يْنَ وَاِلَى اَرْوَاحِ وَالِدِيْنَا وَمَشَا يِخِنَا وَذَوِى الْحُقُوْقِ عَلَيْنَا وَعَلَيْهِمْ اَجْمَعِيْنَ , ثُمَّ اِلَى اَرْوَاحِ اَمْوَاتِ اَهْلِ هَذِهِ الْبَلْدَةِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَنَّ اللهَ يَغْفِرُلَهُمْ وَيَرْحَمُهُمْ وَيُعْلِى دَرَجَاتِهِمْ فِى الْجَنَّةِ وَيُعِيْدُ عَلَيْنَا مِنْ اَسْرَ ارِهِمْ وَانْوَ ارِهِمْ وَعُلُوْ مِهِمْ وَبَرَكَاتِهِمْ فِى الدِّ يْنِ وَالدُّ نْيَا وَاْلآ خِرَةِ . اَلْفَاتِحَةْ.
اَلْفَاتِحَةُ بِالْقَبُوْلِ وَتَمَامِ كُلِّ سُوْلٍ وَمَأْمُوْلٍ وَصَلاَحِ الشَّأْنِ ظَا هِرًا وَبَا طِنًافِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ دَافِعَةً لِكُلِّ شَرٍّجَالِبَةً لِكُلِّ خَيْرٍ , لَنَا وَلِوَ الِدِيْنَا وَاَوْلاَدِنَاوَاَحْبَا بِنَا وَمَشَا ئِخِنَا فِى الدِّ يْنِ مَعَ اللُّطْفِ وَالْعَا فِيَةِ وَعَلَى نِيَّةِ اَنَّ اللهَ يُنَوِّرُ قُلُوْ بَنَا وَقَوَ الِبَنَا مَعَ الْهُدَى وَالتَّقَى وَالْعَفَافِ وَالْغِنَى . وَالْمَوْتِ عَلَى دِيْنِ اْلاِسَلاَمِ وَاْلاِ يْمَانِ بِلاَ مِحْنَةٍ وَلاَ اِمْتِحَانٍ , بِحَقِّ سَيِّدِ نَاوَلَدِ عَدْ نَانِ , وَعَلَى كُلِّ نِيَّةٍ صَالِحَةٍ .وَاِلَى حَضْرَةِ النَِّبيِّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ (اَلْفَاتِحَةْ)

Kemudian membaca :

بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِىءُ مَزِيْدَهُ, يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِىْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَا نِكْ, سُبْحَا نَكَ لاَ نُحْصِيْ ثَنَا ءً عَلَيْكَ اَنْتَ كَمَا اَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ, فَلَكَ الْحَمْدُ حَتىَّ تَرْضَى, وَلَكَ الْحَمْدُ اِذَارَضِيْتَ, وَلَكَ الْحَمْدُ بَعْدَ الرِّضَى. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِى اْلاَوَّلِيْنَ وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنّا مُحَمَّدٍ فِى اْلآ خِرِيْنَ وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِى كُلِّ وَقْتٍ وَحِيْنٍ, وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِى الْمَلَإِ اْلاَ عْلَى اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ, وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ حَتىَّ تَرِثَ اْلاَرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَاَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِيْنَ. اَللَّهُمَّ اِنَّا نَسْتَحْفِظُكَ وَنَسْتَوْ دِعُكَ اَدْيَا نَنَا وَاَنْفُسَنَا وَاَمْوَ الَنَا وَاَهْلَنَا وَكُلَّ ثَيْءٍ اَعْطَيْتَنَا. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا وَاِيَّا هُمْ فِى كَنَفِكَ وَاَمَانِكَ وَعِيَاذِكَ, مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَرِيْدٍ وَجَبَّارٍ عَنِيْدٍ وَذِىْ عَيْنٍ وَذِيْ بَغْيٍ وَذِيْ حَسَدٍ وَمِنْ شَرِّ كَلِّ ذِيْ شَرٍّ, اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شّيْىءٍ قَدِيْرُ. اَللَّهُمَّ جَمِّلْنَا بِالْعَا فِيَةِ وَالسَّلاَ مَةِ, وَحَقِقْنَا بِااتَقْوَى وَاْلاِسْتِقَامَةِ وَاِعِذْنَا مِنْ مُوْ جِبَا تِ النَّدَا مَةِفِى اْلحَالِ وَاْلمَالِ, اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاءِ. وَصَلِّ اللَّهُمَّ بِجَلاَلِكَ وَجَمَالِكَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ, وَارْزُقْنَا كَمَالَ اْلمُتَا بَعَةِ لَهُ ظَا هِرًا وَبَا طِنًا يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ, بِفَضْلِ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلاَمُ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَلْحَمْدُلِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ

»»  Japar Demak [Lanjut...]

Hizbul Bahr

Hizbul Bahr 
Sayyid Abi Hasan Asy-Syadzili

بِسْمِ اللهِ الَّرحْمَنِ الرَّحْيْمِ. اَللَّهُمَّ يَاالله يَاعَلِيُّ يَاعَظِيْمُ يَاحَلِيْمُ يَاعَلِيْمُ. اَنْتَ رَبِّيْ وَعِلْمُكَ حَسْبِيْ فَنِعْمَ الرَّبُّ رَبِّيْ وَنِعْمَ اْلحَسْبُ حَسْبِيْ تَنْصُرُ مَنْ تَشَاءُ وَاَنْتَ اْلعَزِيْزُ الرَّحِيْمُ. نَسْاَلُكَ الْعِصْمَةَ فِى الْحَرَكَاتِ وَالسَّكَنَاتِ وَالْكَلِمَاتِ وَالْاِرَادَاتِ وَالْخَطَرَاتِ.مِنَ الشُّكُوْكِ وَالظُّنُوْنِ وَاْلاَوْهَامِ السَّاتِرَةِ لِلْقُلُوْبِ عَنْ مُطَالَعَةِ الْغُيُوْبِ فَقَدِ (ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُوْنَ وَزُلْزِلُوْا زِلْزَالاً شَدِيْدًا)(وَاِذْ يَقُوْلُ اْلمُنَافِقُوْنَ وَالَّذِيْنَ فِى قُلُوْبِهِمْ مَرَضُ مَا وَعَدَنَا اللهُ وَرَسُوْلُهُ اِلاَّغُرُوْرًا) فَثَبِّتْنَا وَانْصُرْنَا وَسَخِّرْلَنَا هَذَا اْلبَحْرَ كَمَا سَخَّرْتَ اْلبَحْرَ لمُوْسَى وَسَخَّرْتَ النَّارَ ِلاِبْرَاهِيْمَ وَسَخَّرْتَ اْلجِبَالَ وَاْلحَدِيْدَ لِدَاوُدَ وَسَخَّرْتَ الرِّيْحَ وَالشَّيَاطِيْنَ وَاْلجِنَّ لِسُلَيْمَانَ وَسَخِّرْلَنَا كُلَ بَحْرٍهُوَ لَكَ فِى اْلاَرْضِ وَالسَّمَاءِ وَاْلمُلْكِ وَ اْلمَلَكُوْتِ وَبَحْرَ الدُّنْبَا وَبَحْرَ اْلاخِرَةِ وَسَخِرْلَنَا كُلََّ شَيْءٍ. يَامَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوْتُ كُلُّ شَيْءٍ (كهيعص)(ثَلاَثًا) اُنْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْلَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ اْلغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ اْلقَوْمِ الظَّاِلمِيْنَ وَهَبْ لَنَا رِيْحًا طَيْبَةً كَمَا هِيَ فِى عِلْمِكَ وَانْشُرْهَا عَلَيْنَا مِنْ خَزَاِئنِ رَحْمَتِكَ وَاحْمِلْنَا بِهَا حَمْلَ اْلكَرَا مَةِ مَعَ السَّلاَمَةِ وَ الْعَافِيَةِ فِي الدِّ يْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. اَللَّهُمَّ يَسِّرْلَنَا اُمُوْرَنَا مَعَ الرَّاحَةِ لِقُلُوْبِنَا وَاَبْدَانِنَا وَالسَّلاَمَةِ وَاْلعَافِيَةِ فِى دِيْنِنَا وَدُنْيَانَا وَكُنْ لَنَا صَاحِبًا فِى سَفَرِنَا وَخَلِيْفَةً فِى اَهْلِنَا, وَاطْمِسْ عَلَى وُجُوْهِ اَعْدَائِنَا وَامْسَخْهُمْ عَلَى مَكَانَتِهِِمْ فَلاَ يَسْتَطِيْعُوْنَ اْلمُضِيَّ وَلاَاْلمجَِيْ ءَ اِلَيْنَا (وَلَوْ نَشَاءُ لَطَمَسْنَا عَلَى اَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوْا الصِّرَاطَ فَانَّى يُبْصِرُوْنَ* وَلَوْنَشَآءُ لمََسَخْنَاهُمْ عَلَى مَكَانَتِهِمْ فَمَااسْتَطَاعُوْا مُضِيًّا وَلاَيَرْجِعُوْنَ (يس وَاْلقُرْآنِ الْحَكِيْمِ* اِنَكَ لَمِنَ اْلمُرْسَلِيْنَ* عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ* تَنْزِيْلَ اْلعَزِيْزِ الرَّحِيْمِ* لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا اُنْذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُوْنَ* لَقَدْحَقَّ اْلقَوْلُ عَلَى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لاَيُؤْمِنُوْنَ* اِنَاجَعَلْنَا فِى اَعْنَاقِهِمْ اَغْلاَلاً فِهَيَ اِلَى اْلاَذْقَانِ فَهُمْ مُقْمَحُوْنَ* وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنَهُمْ فَهُمْ لاَيُبْصِرُوْنَ* شَاهَتِ اْلوُجُوْهُ(ثَلاَثًا) وَعَنَتِ اْلوُجُوْهُ لِلْحَيِّ اْلقَيُّوْمِ. وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا(طس)(حم. عسق)(مَرَجَ اْلبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ* بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لاَيَبْغِيَانِ)(حم)(سَبْعًا) حُمَّ اْلاَمْرُ وَجَاءَ النَّصْرَ, فَعَلَيْنَا لاَ يُنْصَرُوْنَ (حم* تَنْزِيْلُ الْكِتَابِ مِنَ اللهِ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ* غَافِرِالذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيْدِ الْعِقَابِ ذِى الطَّوْلِ لآ اِلَهَ اِلاَّهُوَ. اِلَيْهِ الْمَصِيْرُ)(بِسْمِ اللهِ)باَبُنَا(تَبَارَكَ) حِيْطَانُنَا(يَس) سَقْفُنَا(كَهَيَعَصَ) كِفَايَتُنَا(حم.عسق) حِمَايَتُنَا(فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ)سِتْرُ الْعَرْشِ مَسْبُوْلٌ عَلَيْنَا وَعَيْنُ اللهِ نَاظِرَةٌ اِلَيْنَا بِحَوْلِ اللهِ لاَيُقْدَرُ عَلَيْنَا (وَاللهُ مِنْ وَرَائِهِمْ مَحْفُيْطٍ . بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيْدٌ . فِى لَوْحٍ مَحْفُوْظٍ) (فاللهُ خَيْرٌ حَافِظًا وَهُوَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ) (ثَلاَثًا) (اِنَّ وَلِيِّيَ اللهُ الَّذِيْ نَزَّلَ الْكِتَابَ . وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِيْنَ) (حَسْبِيَ اللهُ لآ اِلَهَ اِلاَّهُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ) (ثَلاَثًا) بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِى اْلاَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَآءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ (ثَلاَثًا) وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّبِا للهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ ( اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ , يَآ ايُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا) (الله لآ اِلَهَ اِلاَّهُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ....)

Ayat kursi sebaiknya dibaca dengan satu nafas

يَااللهُ يَانُوْرُ يَاحَقُّ يَامُبِيْنُ , اُكْسُنِيْ مِنْ نُوْرِكَ وَعَلِّمْنِيْ مِنْ عِلْمِكَ وَاَفْهِمْنِيْ عَنْكَ وَاَسْمِعْنِيْ مِنْكَ وَبَصِّرْنِيْ بِكَ وَاَقِمْنِيْ بِشُهُوْدِكَ وَعَرِّفْنِيْ الطَّرِيْقَ اِلَيْكَ وَ هَوِّنْهَا عَلَيَّ بِفَضْلِكَ وَاَلْبِسْنِيْ لِبَاسَ التَّقْوَى مِنْكَ. اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ, يَاسَمِيْعُ يَاعَلِيْمُ يَاحَلِيْمُ يَاعَلِيُّ يَاعَظِيْمُ يَااللهُ اِسْمَعْ دُعَاِئْ بِخَصَائِصِ لُطْفِكَ آمِيْنَ. اَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ كَلِّهَا مِنْ شَرِّ مَاخَلَقَ ( ثَلاَثًا ) يَاعَظِيْمَ السُّلْطَانِ , يَاقَدِيْمَ اْلاِحْسَانِ يَادَائِمَ النَّعْمَاءِ يَابَاسِطَ الرِّزْقِ يَاكَثِيْرَ الْحَيْرَاتِ يَاوَاسِعَ الْعَطَاءِ يَادَافِعَ الْبَلاَءِ وَيَاسَامِعَ الدُّعَاءِ يَاحَاضِرًا لَيْسَ بِغَائِبٍ يَامَوْجُوْدًا عِنْدَ الشَّدَائِدِ يَاخَفِيَّ اللُّطْفِ يَالَطِيْفَ الصُّنْعِ , يَاحَلِيْمًا لاَ يَعْجَلُ اِقْضِ حَاجَتِيْ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللّهُمَّ اِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نَحْنُ فِيْهِ وَمَانَطْلُبُهُ وَنَرْتَجِيْهِ مِنْ رَحْمَتِكَ فِى اَمْرِنَا كُلِّهِ . فَيَسِّرْ لَنَا مَا نَحْنُ فِيْهِ مِنْ سَفَرِنَا وَمَانَطْلُبُهُ مِنْ حَوَائِجِنَا وَقَرِّبْ عَلَيْنَا الْمَسَافَاتِ, وَسَلِّمْنَا مِنَ الْعِلَلِ وَالْلآفَا تِ وَلاَ تَجْعَلِ الدُّ نْيَا اَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَمَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَتُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَيَرْحَمُنَا بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنّا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.َ
»»  Japar Demak [Lanjut...]