Senin, 30 April 2012

Siapakah Nabi Daniel atau Danial?

Ingat Allah, Rasulullah dan Waliyullah



Lalu siapa Nabi Daniel ini? Dalam agama Islam, nama Nabi Daniel termasuk jarang terdengar. Hal ini mengingat Nabi Daniel tidak termasuk salah satu dari 25 nabi yang wajib diketahui. Namun demikian, para ahli sejarah mengatakan, beliau adalah seorang Nabi yang pernah hidup dan meninggal di Mesir. Nabi Daniel termasuk di antara keturunan Nabi Daud as.

Imam ats-Tsa’laby sebagaimana dikutip oleh Muhammad bin Iyas Abul Barakat al-Hifny dalam bukunya Bada’iuz Zuhur fi Waqai’ ad-Duhur (hal.192-194) menuturkan, bahwa syahdan dahulu hidup seorang raja Babil yang terkenal jahatnya yang bernama, Bakhtashir. Bakhtashir sendiri termasuk keturunan Yafuts dan Yafuts adalah putra Nabi Nuh as.

Dalam sejarahnya, Bakhtashir seorang raja yang sangat kejam. Tidak ada satupun laki-laki Bani Israil yang hidup melainkan dibunuhnya. Anak-anak dipisahkan dari orang tuanya dan dilatih untuk perang sebagian dipenjara.

Suatu saat Bakhtashir menawan banyak masyarakat, termasuk anak-anak. Di antara yang ditawan itu ada seorang anak-anak bernama Nabi Daniel. Ia ditawan dan dipenjarakan bersama dengan keturunan Nabi Ya’kub dan Nabi Yusuf, as.

Suatu hari Bakhtashir bermimpi dengan mimpi yang sangat mengejutkan dan mengagetkannya. Ia bertanya kepada para dukun dan juru ramal saat itu, akan tetapi semuanya diam, tidak dapat mengartikan mimpinya tadi.
Lalu datanglah seorang laki-laki yang pernah dipenjara bersama Nabi Daniel yang mengabarkan kepada Bakhtashir bahwa di dalam penjara ada seorang pemuda yang pandai menafsirkan mimpi. Dia adalah Nabi Daniel. Di panggilah Nabi Daniel untuk menakbirkan mimpinya itu.
Nabi Daniel dengan sangat jelas mengartikan mimpi Bakhtashir tadi. Bakhtashir pun kagum akan kehebatan Nabi Daniel. Nabi Daniel kemudian dibebaskan dari penjara dan dijadikan konsultan sekaligus guru pribadi Bakhtashir.

Kedekatan antara Bakhtashir dengan Nabi Daniel ini membuat petinggi Majusi geram. Mereka kemudian merencanakan sebuah makar untuk membunuh Nabi Daniel. Digalilah sebuah lobang besar, kemudian Nabi Daniel dimasukkan ke dalamnya bersamaan dengan binatang-binatang buas dan berbisa. Namun, setelah beberapa hari lamanya Nabi Daniel berada di lobang tersebut, Bakhtashir mendapatkan Nabi Daniel dalam keadaan sehat tidak kurang sedikitpun.

Ia pun semakin dekat dan sayang kepada Nabi Daniel. Melihat hal itu, orang-orang Majusi kembali menghasut Nabi Daniel dengan hasutan-hasutan yang jauh dari kebenaran. Di antara hasutan ini, dikatakan kepada Bakhtashir bahwa Daniel telah menyebarkan ‘aib yang tidak baik tentang Bakhtashir, yaitu bahwa Raja Bakhashir apabila tidur, selalu buang air kecil di kasur.
Hasutan ini tentu membuat Bakhtashir geram, mengingat ini merupakan cacat dan aib besar untuk seorang raja. Nabi Daniel lalu dipanggil dan diminta tidur bersamanya. Bakhtashir kemudian berkata kepada para pengawal yang bertugas menjaga pintu, bahwa kelak apabila malam tiba ada orang yang keluar kamar untuk pipis, bunuh saja dia, siapapun dia orangnya, sekalipun dia mengaku bernama saya. Para pengawal pun mengiyakannya.
Begitu malam tiba, Nabi Daniel tidak keluar, ia tidak mau buang air kecil pada malam itu. Sampai akhirnya Bakhtashir sendiri yang pertama keluar kamar untuk pipis. Setiba di pintu, para pengawal langsung menangkapnya. Bakhtashir berteriak dan berkata: “jangan bunuh, saya adalah raja kalian, Bakhtashir”.

Namun para pengawal menjawabnya dengan mengatakan: “Dusta, kamu telah berdusta, kamu bukan Bakhtashir raja kami, tapi kamu adalah orang yang mengaku-ngaku sebagai raja kami. Dan siapapun yang keluar malam pertama, maka dia harus dibunuh”. Tanpa panjang kalam, Bakhtashir pun lalu dibunuhnya. Allah menyelamatkan Nabi Daniel dan membinasakan Bakhtashir yang jahat.

Abul Barakat al-Hifny kemudian menuturkan, Nabi Daniel kemudian berangkat menuju kota Iskandariyah, dan menghabiskan sisa-sisa hidupnya untuk berdakwah di sana, bahkan meninggal dan kuburannya pun di sana.

Kuburan Nabi Daniel ini menurut al-Hifny dalam Badai’uz Zuhurnya (hal 194, 195) ditemukan pada masa Khalifah Umar bin Khatab. Saat itu ketika Iskandariyah berhasil dilumpuhkan oleh Amer bin Ash, Amer dan para tentara melihat ada tempat bersembunyi yang dikunci dengan gembok besi. Kemudian mereka membukanya, dan ternyata di dalamnya ada lobang kecil yang ditutup dengan marmer berwarna hijau yang ditutup dengan marmer berwarna hijau lainnya.

Begitu dibuka, ternyata di dalamnya ada jenazah seorang laki-laki dengan kain kafan yang ditenun benang emas, dengan badan yang sangat besar. Kejadian itu dilaporkan kepada Khalifah Umar, dan Umar segera bertanya kepada Ali bin Abi Thalib. Ali kemudian menjawab bahwa jenazah tersebut adalah jenazah Nabi Daniel.
Umar segera memerintahkan Amer bin Ash untuk mengkafani kembali jenazah tadi, dan meminta untuk dikuburkan disebuah tempat yang tidak dapat dijangkau oleh orang-orang. Amer bin Ash lalu membuatkan kuburannya lagi di kota Iskandariyah yang saat ini di atasnya dibangun sebuah mesjid, bernama Masjid Nabi Daniel.
»»  Japar Demak [Lanjut...]

Sabtu, 28 April 2012

Meski Sibuk Harus Perhatikan Kesehatan






Tahlil 40 Hari Wafatnya Tafta Zani


DEMAK- Humas Setda Demak, Rabu malam (25/4) menggelar tahlil 40 hari meninggalnya Tafta Zani. Kegiatan yang digelar di halaman Radio Suara Kota Wali tersebut diikuti puluhan staf Bagian Humas dan Umum Setda Demak, serta sejumlah penyiar juga wartawan. Selain itu diikuti pula anggota Jamiyah Pecinta Allah dan Rasul (JAPAR) Demak. Adapun tahlil dan doa dipimpin Kyai Achmad Sodikin dari Katonsari Demak Kota.
Kabag Humas Rudi Santosa SH menuturkan, ada pesan tersirat yang bisa dipetik dari meninggalnya Bupati Demak Drs H Tafta Zani MM saat menjalankan tugas kedinasan di Kota Batam, Riau. Wafatnya bupati Demak itu dapat menjadi pelajaran bahwasanya sesibuk apapun seseorang hendaklah harus tetap bisa membagi waktu untuk mendukung kesehatan.
"Makanya kita harus memberikan porsi waktu memadai untuk melakukan berbagai aktivitas yang berpotensi mendukung kesehatan. Boleh saja kita kerja keras, namun janganlah lupa bahwa kesehatan adalah hal yang teramat penting,” ujar Rudi, di sela acara tahlil memperingati 40 hari wafatnya Bupati Tafta Zani.
Dalam kesempatan itu Rudi mengakui bahwa Tafta Zani memang merupakan sosok pekerja keras yang disiplin dan memiliki pemikiran maju. Bahkan setahu dia, pikiran dan tenaga Tafta Zani lebih banyak dicurahkan untuk kepentingan masyarakat Demak.
“Selaku Kabag Humas saya memang banyak mengikuti sebagian besar kegiatan Pak Zani.
Perhatikan Rakyat
Hampir setiap hari kegiatan beliau selalu padat. Jadi saya tahu persis kalau almarhum memang sangat mementingkan rakyat, sampai-sampai mengalahkan hal-hal yang bersifat pribadi,” ungkap Rudi.
Menjabat Kabag Humas sejak 2006, setidaknya cukup bagi Rudi untuk bisa sedikit memahami karakter Tafta Zani. Dalam pandangannya, Tafta adalah bupati yang tidak mau asal perintah. Tafta pun merupakan sosok yang bisa dijadikan panutan.
“Mendiang selalu memberikan perintah yang terukur. Dan yang perlu kita teladani bersama, dia selalu memosisikan diri sebagai contoh terhadap apa-apa yang akan ditegaskan kepada anak buahnya. Misalnya akan menegaskan kepada anak buah untuk disiplin, beliau sebelumnya terlebih dulu pasti sudah disiplin,” kata Rudi.
Mengingat semua kebaikan Tafta Zani semasa hidup itulah menjadikan Rudi menganggap perlu untuk menggelar tahlil dan doa bersama. Apalagi Tafta juga banyak berjasa terhadap kemajuan Kota Wali tercinta.
Sementara itu, sekitar 300 siswa Madrasah Diniyah Al Hidayah Desa Karangmlati, Kecamatan Demak Kota berziarah ke makam Tafta Zani yang berada di kompleks Masjid Agung Demak, Kamis (26/4). Mereka didampingi Kades Karangmlati H Agus M Kartono dan para perangkat desa, anggota BPD juga ketua RT RW. Selain menggelar tahlil dan doa, mereka juga melakukan tabur bunga. Tahlil dan doa dipimpin KH Abdullah Zaini.
Kades H Agus mengatakan, ziarah dilakukan untuk memperingati 40 hari wafatnya Bupati Demak. “Ini merupakan bentuk balasan kami atas jasa baik almarhum semasa hidup,” kata Agus. (*)
»»  Japar Demak [Lanjut...]

Senin, 02 April 2012

Cerita Menjelang Wafatnya Nabi


Ingin Selalu Dekat Allah dan Rasulullah



SUATAU malam, setelah kembali ke Madinah, Nabi Muhammad SAW bangun di tengah malam. Kemudian dia meminta pelayannya untuk menyiapkan pelana keledainya.
Segera kemudian Nabi Muhammad SAW dengan salah seorang sahabat dekatnya meninggalkan rumah menuju Baqi Al-Gharqad, kuburan kaum Muslim.
Di depan kuburan tersebut, Nabi Muhammad melihat para Syuhada yang dikubur, Nabi SAW pun berbicara dan berdoa untuk mereka.
Si sahabat yang setia menjadi pelayan, ‘Abd Allah’ kemudian melaporkan bahwa “Nabi Muhammad SAW mengatakan kepada saya bahwa Nabi SAW diperintahkan oleh Allah SWT untuk berdoa bagi orang yang meninggal dan bahwa saya harus pergi bersama dia”
Sesaat setelah berdoa, Nabi SAW berbalik dan memandang sang pelayan sambil berkata: “Saya mendapat pilihan antara memilih menjadi kaya raya dan mendapatkan semua kekayaan dunia, panjang umur dan kemudian masuk syorga, atau memilih menemui Allah SWT dan masuk syorga sekarang juga.
Si pelayan, Abd Allah, memohon dengan sangat agar Nabi SAW memilih yang pertama, yaitu panjang umur dengan kekayaan yang melimpah dan kemudian masuk surga.
Tapi Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa dia telah memilih untuk menemui dan menghadap Allah SWT sekarang juga, dan tidak memilih untuk tetap tinggal di dunia ini.
Kemudian mereka pun pulang kembali menuju rumah, dan Rasullullah pun meneruskan tidurnya.
Pagi-pagi sekali ketika akan bangun, Nabi SAW merasakan sakit kepala yang sangat berat, tapi Nabi SAW tetap memaksakan diri untuk memimpin shalat subuh di masjid.
Dan seperti biasa, Nabi SAW pun berbicara didepan para sahabat dan jamaah subuh pagi itu, dan dari apa yang beliau ungkapkan semuanya mengerti bahwa Nabi SAW sudah mendekati masa akhir hidupnya.
Nabi SAW memuji teman terdekatnya, Abu Bakar, yang mulai meneteskan air mata. Kemudian juga Nabi SAW mengatakan kepada hadirin bahwa mereka tahu bahwa kita semua akan bertemu kembali di surga.
Walaupun Nabi SAW tahu persis bahwa umatnya akan tetap menyembah Allah, tapi kenikmatan dunia akan sangat besar daya tariknya sehingga Nabi sudah mengungkapkan kekhawatirannya akan hal tersebut, bahwa suatu saat nanti umatnya akan bertarung satu sama lain demi “material semata” dan melupakan hal-hal yang bersifat “spiritual”.
Segera setelah berbicara didepan umatnya, Nabi SAW pun meminta dipindahkan ke kamar salah satu Istrinya, yaitu Aisyah.
Hari pun berlalu, namun sakit nya Nabi Muhammad SAW makin parah, panasnya pun meninggi. Sampai suatu hari, saking beratnya sakitnya, Nabi Muhammad SAW tidak mampu berjalan menuju mesjid, yang hanya disebelah kamar Aishah.
Nabi SAW pun kemudian menyuruh Aisyah untuk mengabarkan kepada Umat nya agar meyuruh Abu Bakar, yaitu bapaknya Aishah sendiri, untuk menjadi Imam pada shalat tersebut.
Semua jamaah sangatlah merasa sedih, karena baru kali ini lah Nabi SAW tidak bisa memimpin Shalat mereka.
Kemudian, ada tanggal 12 Rabiul Awal 11 Hijriyah (8 Juni 632), Nabi SAW mendengar suara orang lagi sholat. Dengan susah payah, Nabi SAW melihat dari pintu dan menyaksikan ABu Bakar menjadi Imam sholat, dan sementara itu jamaah berbaris rapi dibelakangnya.
 Nabi pun tersenyum bahagia. Melihat nabi datang, Abu Bakar pun mempersilahkan Nabi untuk memimpin, tapi dengan halus Nabi mempersilahkan Abu bakar untuk terus menjadi Imam.
 Nabi SAW pun sholat sambil duduk disebelah ABu Bakar. Segera setelah itu, Nabi SAW pun kembali ke kamar dan merebahkan diri.
Nabi SAW berada dalam kondisi yang kesakitan, sehingga Fatimah, anak perempuannya, menangis sedih.
“Tidak ada lagi kesakitan bagi Bapak mu ini setelah hari ini; Sungguh, kematian telah menghampiri ku. Kita akan semua akan merasakannya” Nabi SAW berkata.
Melihat Nabi SAW berbaring, Aishah, sang istri ingat akan satu hal yang pernah pernah diungkapkan oleh Nabi Muhammad SAW yaitu:
“Allah tidak pernah mengambil nabi SAW tanpa memberikan dia pilihan. Dan dia ingat kata terakhir Nabi SAW adalah: “tidak, lebih baik di Syorga yang mulia”.
 Mendengan itu, Aishah pun berkata kepada dirinya sendiri: “Oh, Demi Allah, Nabi Muhammad SAW tidak memilih kita”.
 Akhirnya Nabi Muhammad SAW pun meninggal dunia.
 Mendengar kabar itu, semua jamaah merasa sangat sedih. “Umar tidak percaya dan mengatakan hal tersebut tidak benar”
 Abu Bakar pun kemudian berbicara kepada jamaah:
 “Semua pujian hanyalalh milik Allah. Hai Manusia, siapapun yang menyembah Muhammad, maka Muhammad telah meninggal dunia. Tapi bagi siapa yang menyembah Allah, Allah hidup dan akan tetap hidup”
 Kemudian Abu Bakar membaca Surat Ali Imran Ayat 144 – 145:
 Muhammad itu hanyalah seorang Nabi, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Nabi. Apakah jika dia wafat atau dibunuh maka kamu berbalik kebelakang menjadi Murtad? barang siapa yang berbalik kebelakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
 Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala Akhirat, maka akan kami berikan kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memebrikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur”
 Setelah itu, kaum muslim pun akhirnya sepakat menyetujui Abu Bakar sebagai pemimpin mereka yang memang sudah dipilih sendiri oleh Nabi Muhammad SAW.
 Abu Bakar kemudian menutup pidatonya dengan kata-kata:
 “Ikuti saya selama saya mengikuti Allah dan Nabi SAW. Tapi jangan ikuti jika saya menyimpang dari ajaran Allah dan Nabi SAW. Sekarang, mari kita sholat, Allah akan menyayangi mu”
 “Dimana Nabi SAW akan dikuburkan?” salah seorang bertanya.
 Abu Bakar ingat ketika Nabi SAW pernah berkata: “Nabi mesti dikuburkan di lokasi dimana dia meninggal” yang merupakan terjemahan bebas dari “No prophet dies who is not buried on the spot where he died”.
 Demikianlah, Nabi Muhammad SAW pun akhirnya dikubur di tempat dia meninggal, yaitu di kamar Aishah. Kuburan di gali dilantai kamar Aishah, disebelah mesjid.
 Tempat inilah yang kemudian dikenal sebagai “Haram Al-Nabawi”

Makam Nabi Muhammad SAW
 (disadur dari The life of The Prophet Muhammad )
»»  Japar Demak [Lanjut...]